What We Read


Friday, April 1, 2011

Kerutan Dalam Waktu (A Wrinkle in Time)


Kerutan dalam Waktu (Wrinkle In A Time)
Pengarang: Madeleine L'Engle
Penerjemah: Maria M. Lubis
Penyunting: Ida Wajdi dan Jia Effendie
Ilustrasi: Ella Elviana
Desain Sampul: Aniza
Penerbit: Penerbit Atria, Jakarta
Cetakan I, Agustus 2010
Jumlah halaman: 267 halaman, 13 x 20,5 cm
ISBN: 978-979-024-453-5
4.5 dari 5 bintang


Margaret Murry, yang disapa Meg, bukanlah gadis populer di sekolahnya, bukan juga gadis paling pintar di sekolahnya, walaupun kedua orangtuanya adalah ilmuwan. Dengan penampilan "mengerikan" pada masanya - berkawat gigi dan berkacamata - Meg dianggap anak yang aneh.

Meg punya sepasang adik kembar laki-laki dan seorang adik bungsu laki-laki bernama Charles Wallace berumur lima tahun, yang sering dianggap idiot, karena tidak pernah bicara di depan orang lain. Tapi baik Meg maupun ibunya tahu, bahwa Charles Wallace adalah anak cerdas.
Predikat "aneh" yang disandang oleh Meg semakin lengkap, ketika ayahnya sudah lama tidak pulang. Banyak desas desus mengatakan bahwa ayah mereka, Mr. Murry, melarikan diri dengan seorang wanita lain. Namun Meg, Charles Wallace dan ibunya meyakini, bahwa Mr. Murry tidak sedang melarikan diri.

Suatu ketika, Charles Wallace bercerita tentang seorang asing yang belum pernah didengar oleh Meg maupun ibunya - Mrs. Whatsit, yang tinggal di rumah tua di dalam hutan yang oleh anak-anak desa itu dianggap berhantu. Mrs. Whatsit dan kedua temannya, Mrs. Who dan Mrs. Which adalah makhluk dari planet lain yang mengetahui keberadaan Mr. Murry.

Charles Wallace mengajak Meg menuju rumah "berhantu", menemui ketiga teman barunya yang berwujud seperti nenek-nenek itu. Di perjalanan menuju rumah Mrs. Whatsit, mereka bertemu dengan Calvin O'Keefe, kakak kelas Meg di sekolah, yang populer di sekolahnya dan juga atlet basket. Sebetulnya, sama halnya dengan Meg, Calvin merasakan bahwa dia berbeda dengan anak-anak lain, namun dia berusaha tampil seperti teman-teman sekolahnya.

Ketiga nenek itu mengantar Meg dan Charles Wallace juga Calvin O'Keefe menuju sebuah planet di mana ayah mereka berada, planet Camazotz. Planet tempat ayah mereka dikuasai sesuatu bernama ITU yang mengerikan, kuasa kegelapan yang tidak dikehendaki makhluk manapun di berbagai planet. Untuk sampai di planet lain yang memakan waktu itu, mereka melakukan tesser, semacam proses perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dengan prinsip mengerutkan ruang dan waktu. Sehingga, ketika mereka kembali di bumi, seolah-olah mereka tidak berpindah ke manapun.

Ketika akhirnya sang ayah berhasil dibebaskan, Charles Wallace malah jadi sandera ITU. Ketika Meg, Calvin dan Mr. Murry nyasar di planet lain, Meg harus mengambil Charles Wallace kembali seorang diri. Karena hanya Meg-lah yang mampu mengambil Charles Wallace dari ITU. Ada sesuatu yang dapat mengalahkan ITU, yang tidak dimiliki ITU, yaitu cinta.

Buku ini ternyata buku klasik, ya. Hehe, baru tahu saya. Soalnya di situ ada keinginan Meg untuk memiliki mesin tik, alih-alih komputer, untuk memperbaiki tulisannya yang buruk. Hihi. Dan ternyata benar, waktu baca bagian Apresiasi oleh Anna Quindlan (saya nggak tahu beliau ini siapa, maafkan :D), A Wrinkle in Time ini ditulis oleh Madeleine L'Engle tahun 1962. Pantas saja!

A Wrinkle in Time menyiratkan pesan tentang tirani komunis, soalnya ketika Meg, Charles dan Calvin O'Keefe sampai di planet Camazotz, semua bangunan sama, berwarna sama, dengan tata letak sama, susunan yang sama, bahkan gerakan anak-anak bermain pun sama! Dan mereka takut sama ITU.

ITU memiliki pendapat bahwa "Perbedaan menciptakan masalah", yang kemudian dibantah oleh Meg dan berhasil menyelamatkan Charles Wallace dari cengkeraman ITU, karena Meg yang berbeda.

Saya suka buku ini dan akan menjadikannya lebih dari sekali dibaca. Kalo memang nggak tertarik sama Fisika, pasti rasanya njelimet. So far, saya enjoy aja dan malah jadi tahu lebih banyak tentang istilah Fisika dari sini. A Wrinkle In Time sarat dengan kutipan-kutipan yang inspiratif.

Seperti '"Tapi ingat," Mrs. Who berkata, "Euripides. TIdak ada yang mustahil; kita harus berharap akan segala sesuatu." (halaman 78).
Lalu, di halaman 79, "Qui plus sait, plus se tait. Prancis, kalian tahu. Jika seseorang tahu lebih banyak, dia akan lebih sedikit berbicara."

Cover? Saya suka! Cakep!

No comments: