What We Read


Wednesday, April 20, 2011

Review: Daddy Long Legs - Jean Webster




Menurut aturan Panti Asuhan John Grier yang disetujui oleh para dewan pengawas, setiap anak yang telah berusia 16 tahun, harus segera keluar , meninggalkan panti dan dikirim bekerja di suatu tempat. Tahun itu Jerusha Abbott (Judy) adalah salah satu penghuni panti yang mendapatkan giliran tersebut. Ia tidak dapat lagi ditampung di tempatnya tumbuh dan berkembang.Sebenarnya, Judi sama sekali tak punya tujuan. Memikirkan rencana hendak ke manapun tidak terbersit sama sekali. Namun keberuntungan berada dipihaknya, seperti beberapa anak laki-laki di tahun sebelumnya, Judi diberi kesempatan untuk belajar di Perguruan Tinggi.

Sebagai balasan untuk semua biaya hidup dan  kuliah serta uang saku sebanyak tiga puluh lima dolar  yang akan diterimanya tiap bulan, Judi hanya diminta menulis surat setiap bulannya dan mengirimkan kepada pria yang tidak mau disebutkan identitasnya. Judi bahkan tak pernah melihat pengawas panti yang satu ini. Ia hanya sempat melihatnya dari kejauhan. Bayangan yang terbentuk di dinding koridor, membuat pria itu seakan-akan memiliki tungkai kaki yang sangat panjang. Hal itu mengingatkannya pada Daddy Long Legs, nama untuk laba-laba yang memiliki kaki-kaki yang panjang. Nama itu juga akhirnya digunakan disetiap surat yang ditulisnya.

Begitu kehidupan di perguruan tinggi pun dimulai,surat demi surat setiap bulannya pun dilayangkan  Judy untuk Daddy Long Legs. Di setiap lembarnya ia berkisah banyak hal. Dari teman-teman, pelajaran, kegiatan kampus ataupun perkenalannya dengan orang –orang baru.Rasanya Judy tak pernah kehabisan cerita. Selama hampir empat tahun,  tak hanya kisah dan petualangan Judy yang seru dan kadang kocak ini  yang terukir melalui goresan pena di atas kertas yang ditujukan untuk sang pengawas misterius. Namun surat-surat itu juga mengungkap semua mimpi, cita – cita dan juga cinta yang tersirat. 

~~~

Kalau tidak membaca buku ini saya tidak  buku ini, saya mungkin tidak akan pernah tahu asal muasal Daddy Long Legs. Saya juga tidak akan pernah tahu kalau tiga kata itu digunakan untuk menyebut seekor laba-laba. Seperti halnya Judy, Pria misterius yang kerap dipanggil Daddy membuat saya sangat penasaran dan sedikit gemas karena ketertutupannya. Saya tidah heran jika di bulan-bulan pertamanya di kampus, Judy selalu berharapkan surat balasan dari sang pengawas. Namun tidak seperti Judy, di pertengahan cerita, saya mulai dapat menebak-nebai siapa sesungguhnya pria yang tak pernah mempermasalakan uang sepersen pun yang digunakan untuk membiayai kuliah dan membelikan kado untuk Judy setiap natal. Dan benar saja, ketika sampai di halaman terakhir, dugaan saya tidak meleset. Saya senang karenanya, walau masih menyisakan banyak pertanyaan.
Dari surat-surat yang ditulisnya setiap bulan bagaimana sosok Judy mulai terungkap. 

Awalnya saya mengira akan dengan mudah menyukai tokoh utama dalam buku ini. Namun bukannya bersimpati, saya tidak jarang dibuat sedikit kesal oleh beberapa hal. Lihat saja bagaimana ia memutuskan melakukan sesuatu tanpa pernah berpikir dua kali, yang belakangan disesalinya. Mungkin itu juga yang membuat Judy tidak pernah menjadi anak kesayangan Mrs Lippett. Namun saya juga mendapati beberapa hal di diri Judy yang membuatnya istimewa di mata Daddy Long Legs. Sosok yang cerdas, pembawaan yang ceria, kejujurannya ataupun semangat yang meluap-luap. Satu hal yang membuat saya kagum, kata putus asa seakan tak pernah ada dalam kosakatanya. Lihat saja di bab-bab yang menceritakan kegagalannya menempuh ujian. Namun dari semua itu saya sangat suka dengan keingintahuannya terhadap hal-hal baru. Saya sangat menyukai surat-surat yang bercerita tentang buku-buku yang baru dibacanya ataupun pelajaran-pelajaran yang dipelajarinya di kelas.

Selama empat tahun, perubahan pada karakter Judy benar-benar terasa. Lihat saja bagaimana ia mulai melunak terhadap Julia ataupun jalan yang dengan terang-terangan diambil terhadap semua perintah ataupun larangan sang pengawas. Tidak hanya Judy, hal yang sama juga terasa pada karakter Daddy Long Legs.

Ketika selesai membaca buku ini, saya sontak teringat kisah candy-candy. Mungkin mangaka yang karyanya baik manga maupun animasi, yang saya gemari saat sd itu, juga terinspirasi dari buku karya Jean Webster ini. 

Semoga Dear Enemy, buku lanjutan Daddy Long Legs ini akan jauh lebih seru dibanding yang pertama. Karena beberapa kali saya merasakan kisah Judy ini terlalu panjang dan berulang. 

Cover dan ilustrasi
Suka banget ma warna dan  desainnya. Saya berharap ilustrasi di dalamnya akan sebagus sampul depan. Sayangnya yang saya dapatkan adalah ilustrasi yang seolah asal jadi. Namun sering saya dibuat tersenyum karenanya.Setidaknya beberapa gambar cukup mewakili apa yang dikatakan Judy di dalam setiap suratnya terasa lebih lucu. Saya jadi penasaran bagaimana ilustrasi di buku aslinya.  

Saya merekomendasikan  buku ini untuk semua yang menyukai kisah klasik. Kisah Judy dan Daddy Long Legs sangat sayang untuk dilewatkan.

Favorite quotes
" Dia sudah pergi, dan kami semua merindukannya!. Kalau Anda sudah terbiasa pada seseorang atau suatu tempat atau gaya hidup, dan kemudian hal tersebut direnggut dari Anda secara tiba-tiba, maka Anda akan merasakan kekosongan yang menyiksa."
" Yang terpenting adalah bukanlah kenikmatan -kenikmatan berskala besar, melainkan bagaimana kita mampu mengeksploitasi yang kecil-kecil secara maksimal. Saya sudah menemukan rahasia hidup abadi, Daddy, dan rahasia tersebut adalah menjalani hidup yang sekarang ini. Jangan terus menerus menyesali masa lalu atau mengkhawatirkan mada depan; namun raihlah sebanyak mungkin dari yang bisa didapatkan pada saat ini..."

~~~

Judul: Daddy Long Legs
Penulis: Jean Webster
Penerjemah: Ferry Halim
Penyunting: Ida Wajdi
Pewajah isi: Aniza Pujiati
Penerbit: Atria
Cetakan: I, Desember 2009
Tebal: 238 hlm, Koran
Sumber: Koleksi Pribadi

Friday, April 1, 2011

Kerutan Dalam Waktu (A Wrinkle in Time)


Kerutan dalam Waktu (Wrinkle In A Time)
Pengarang: Madeleine L'Engle
Penerjemah: Maria M. Lubis
Penyunting: Ida Wajdi dan Jia Effendie
Ilustrasi: Ella Elviana
Desain Sampul: Aniza
Penerbit: Penerbit Atria, Jakarta
Cetakan I, Agustus 2010
Jumlah halaman: 267 halaman, 13 x 20,5 cm
ISBN: 978-979-024-453-5
4.5 dari 5 bintang


Margaret Murry, yang disapa Meg, bukanlah gadis populer di sekolahnya, bukan juga gadis paling pintar di sekolahnya, walaupun kedua orangtuanya adalah ilmuwan. Dengan penampilan "mengerikan" pada masanya - berkawat gigi dan berkacamata - Meg dianggap anak yang aneh.

Meg punya sepasang adik kembar laki-laki dan seorang adik bungsu laki-laki bernama Charles Wallace berumur lima tahun, yang sering dianggap idiot, karena tidak pernah bicara di depan orang lain. Tapi baik Meg maupun ibunya tahu, bahwa Charles Wallace adalah anak cerdas.
Predikat "aneh" yang disandang oleh Meg semakin lengkap, ketika ayahnya sudah lama tidak pulang. Banyak desas desus mengatakan bahwa ayah mereka, Mr. Murry, melarikan diri dengan seorang wanita lain. Namun Meg, Charles Wallace dan ibunya meyakini, bahwa Mr. Murry tidak sedang melarikan diri.

Suatu ketika, Charles Wallace bercerita tentang seorang asing yang belum pernah didengar oleh Meg maupun ibunya - Mrs. Whatsit, yang tinggal di rumah tua di dalam hutan yang oleh anak-anak desa itu dianggap berhantu. Mrs. Whatsit dan kedua temannya, Mrs. Who dan Mrs. Which adalah makhluk dari planet lain yang mengetahui keberadaan Mr. Murry.

Charles Wallace mengajak Meg menuju rumah "berhantu", menemui ketiga teman barunya yang berwujud seperti nenek-nenek itu. Di perjalanan menuju rumah Mrs. Whatsit, mereka bertemu dengan Calvin O'Keefe, kakak kelas Meg di sekolah, yang populer di sekolahnya dan juga atlet basket. Sebetulnya, sama halnya dengan Meg, Calvin merasakan bahwa dia berbeda dengan anak-anak lain, namun dia berusaha tampil seperti teman-teman sekolahnya.

Ketiga nenek itu mengantar Meg dan Charles Wallace juga Calvin O'Keefe menuju sebuah planet di mana ayah mereka berada, planet Camazotz. Planet tempat ayah mereka dikuasai sesuatu bernama ITU yang mengerikan, kuasa kegelapan yang tidak dikehendaki makhluk manapun di berbagai planet. Untuk sampai di planet lain yang memakan waktu itu, mereka melakukan tesser, semacam proses perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dengan prinsip mengerutkan ruang dan waktu. Sehingga, ketika mereka kembali di bumi, seolah-olah mereka tidak berpindah ke manapun.

Ketika akhirnya sang ayah berhasil dibebaskan, Charles Wallace malah jadi sandera ITU. Ketika Meg, Calvin dan Mr. Murry nyasar di planet lain, Meg harus mengambil Charles Wallace kembali seorang diri. Karena hanya Meg-lah yang mampu mengambil Charles Wallace dari ITU. Ada sesuatu yang dapat mengalahkan ITU, yang tidak dimiliki ITU, yaitu cinta.

Buku ini ternyata buku klasik, ya. Hehe, baru tahu saya. Soalnya di situ ada keinginan Meg untuk memiliki mesin tik, alih-alih komputer, untuk memperbaiki tulisannya yang buruk. Hihi. Dan ternyata benar, waktu baca bagian Apresiasi oleh Anna Quindlan (saya nggak tahu beliau ini siapa, maafkan :D), A Wrinkle in Time ini ditulis oleh Madeleine L'Engle tahun 1962. Pantas saja!

A Wrinkle in Time menyiratkan pesan tentang tirani komunis, soalnya ketika Meg, Charles dan Calvin O'Keefe sampai di planet Camazotz, semua bangunan sama, berwarna sama, dengan tata letak sama, susunan yang sama, bahkan gerakan anak-anak bermain pun sama! Dan mereka takut sama ITU.

ITU memiliki pendapat bahwa "Perbedaan menciptakan masalah", yang kemudian dibantah oleh Meg dan berhasil menyelamatkan Charles Wallace dari cengkeraman ITU, karena Meg yang berbeda.

Saya suka buku ini dan akan menjadikannya lebih dari sekali dibaca. Kalo memang nggak tertarik sama Fisika, pasti rasanya njelimet. So far, saya enjoy aja dan malah jadi tahu lebih banyak tentang istilah Fisika dari sini. A Wrinkle In Time sarat dengan kutipan-kutipan yang inspiratif.

Seperti '"Tapi ingat," Mrs. Who berkata, "Euripides. TIdak ada yang mustahil; kita harus berharap akan segala sesuatu." (halaman 78).
Lalu, di halaman 79, "Qui plus sait, plus se tait. Prancis, kalian tahu. Jika seseorang tahu lebih banyak, dia akan lebih sedikit berbicara."

Cover? Saya suka! Cakep!