Alvin Ho - Alergi pada Anak Perempuan, Sekolah, dan Hal-hal Seram Lainnya
Pengarang: Lenore Look
Penerjemah: Ferry Halim
Penyunting: Ida Wajdi
Penyelaras: Jia Effendie
Pewajah Isi: Aniza
Penerbit: Penerbit Atria, Jakarta
Cetakan I, Agustus 2010
Jumlah halaman: 186 halaman, 13 x 20,5 cm
ISBN: 978-979-024-457-3
4.5 dari 5 bintang
Pengarang: Lenore Look
Penerjemah: Ferry Halim
Penyunting: Ida Wajdi
Penyelaras: Jia Effendie
Pewajah Isi: Aniza
Penerbit: Penerbit Atria, Jakarta
Cetakan I, Agustus 2010
Jumlah halaman: 186 halaman, 13 x 20,5 cm
ISBN: 978-979-024-457-3
4.5 dari 5 bintang
Buku ini bercerita tentang seorang Alvin Ho, bocah lelaki keturunan Cina, yang punya masalah dengan alergi. Alerginya bukan alergi biasa. Tapi alergi sekolah, alergi anak perempuan juga hal-hal seram lainnya, seperti elevator; terowongan; pesawat terbang; jembatan; kimchi; wasabi; kegelapan; guru pengganti; dan masih banyak lagi.
Setiap berada di sekolah, Alvin pasti tidak bisa berbicara. Suaranya selalu tercekat dan tidak dapat berkata-kata, tidak mampu membaca, menyanyi bahkan tersenyum pun sulit! Suaranya cuma muncul di rumah, mobil atau di dalam bus sekolah. Tidak hanya itu, Alvin Ho merasa tidak seorang anak lelaki pun mau bermain dengannya. Untuk itu dia berkonsultasi pada kakaknya, Calvin Ho.
Calvin memberi saran Aturan Berteman Menurut Calvin:
1. Bilang HALO.
2. Bilang saja HALO.
3. Bertukar kartu bisbol.
4. Bertukar lebih banyak kartu bisbol.
5. Cuma bertukar kartu bisbol.
Alvin Ho punya teman sebangku perempuan, bernama Flea. Flea adalah gadis yang keren di mata Alvin, karena kakinya panjang sebelah yang menjadikan jalannya terpincang-pincang juga matanya yang sebelah picak, sehingga menggunakan penutup mata. Mirip bajak laut.Flea ini sangat memahami Alvin, bahkan dia punya Buku Tentang Alvin Ho. Flea mampu menerjemahkan setiap ekspresi mata Alvin dan ditulisnya di buku itu. Sayangnya, Alvin tidak suka pada Flea, sehingga dia kerap melakukan hal-hal yang membuat Flea tersinggung. Menurut Alvin, anak perempuan cuma menyusahkan saja. Apalagi ternyata Flea suka membuntutinya ke manapun Alvin melangkah.
Alvin tidak pernah diajak bermain oleh teman-temannya. Pinky, anak laki-laki dengan badan terbesar di kelasnya yang otomatis menjadi pemimpin geng sekolah, tidak pernah menganggap Alvin Ho ada. Dengan begitu, maka anak laki-laki lain pun menganggap Alvin tidak pernah ada. Alvin teringat saran Calvin, untuk bertukar kartu bisbol. Maka, Alvin memberikan kartu bisbolnya pada Pinky - hanya supaya Pinky mau menyertakannya dalam gengnya. Padahal, kartu bisbol itu kan harta karun paling berharga buat Alvin.
Di buku ini banyak adegan yang membuat saya tergelak-gelak. Misalnya, Calvin menyarankan Alvin untuk melakukan Latihan Peregangan Tubuh untuk Mempercepat Pertumbuhan. Alvin bergantung di salah satu dahan pohon di halaman rumahnya, dengan posisi lutut menjepit cabang pohon. Awalnya mungkin belum berasa apa-apa, sampai ketika Anibelly, adik perempuan Alvin, mengingatkan mereka bahwa Mom sedang membuat kue. Anibelly dan Calvin pun bergegas masuk, meninggalkan Alvin yang tergantung di pohon, seperti bebek yang tergantung di jendela toko di Pecinan. Meski Alvin sudah berusaha berteriak, suara teriakannya kalah oleh suara permainan video game dan suara Anibelly yang sedang bernyanyi, "Lalalalalalalalalala.."
Lalu ketika Jules, teman sekelas Alvin, sakit cacar. Meski dilarang untuk mendatangi rumah Jules, Alvin dan teman-temannya malah sengaja mendatangi rumah Jules. Bahkan, Pinky menarik bayaran untuk membolehkan anak-anak menengok Jules. Sehingga, bisa ditebak, semua anak yang nekat main ke rumah Jules tertular cacar. Dan tentu saja ini menghebohkan, karena sekolah sampai ditutup selama dua setengah minggu. Bahkan menjadi berita di surat kabar bahwa ada epidemi cacar air di Concord. Si surat kabar mengatakan...
Korban pertama telah dikarantina secara hati-hati.
Semua anak telah diperingatkan untuk menjauhkan diri.
Bagaimana epidemi bisa terjadi masih tetap merupakan sebuah misteri.
Hahahaha... nggak ada yang tahu, kan, kalo sebenarnya anak-anak itu alih-alih menjauhkan diri dari korban pertama, mereka malah membantu menggaruk bagian tubuh yang gatal dari korban pertama itu.
Oya, akhirnya Alvin memang jadi dekat sama Pinky, gara-gara kartu bisbol. Hanya saja, ketika sudah mulai dekat dengan Pinky, Alvin diberi tantangan yang mustahil dilakukannya, seperti mesti melompat dari atap. Lalu menonton film hantu di ruang bawah tanah, yang padahal Pinky sendiri juga takut - dan jelas-jelas Alvin takut. Tidak hanya itu, mainan kesayangan Dad, Johnny Astro, mainan yang langka, rusak dan membuat Dad begitu sedih. Alvin lalu memutuskan untuk tidak mau bermain lagi dengan Pinky dan dia meminta kartu-kartu bisbolnya kembali.
Oke, Alvin memang konyol. Bertindak "bodoh" demi mendapatkan teman. Yah, siapa sih yang nggak ingin diajak main oleh orang yang tampak hebat di mata orang lain? Apa yang dirasakan Alvin mungkin juga dirasakan sebagian besar anak-anak yang merasa tidak punya teman. Maka, berbagai cara akan ditempuh untuk mengambil hati orang yang dianggap keren itu, supaya dia bisa diperhatikan juga. Sadar ketika ternyata orang yang dianggap keren itu sama sekali tidak keren, setelah terjadi banyak kerusakan. Dan Alvin telah menemukan "hikmah"nya.
Buku ini sudah pasti bakalan saya wariskan untuk Ilman. He must read it. Selain karena tokoh utamanya cowok, buku ini memang inspiratif. Dekat dengan kehidupan nyata seorang anak laki-laki. Dan di bagian belakang buku ini juga ada Daftar Kata alakadarnya Milik Alvin Ho, yang lumayan buat nambah pengetahuan kita. Dari sisi huruf nggak terlalu kecil dan rapat, jadi cukup enak dibaca. Ceritanya mengalir dan cepat sekali bisa saya habiskan. Saya kan termasuk pembaca yang lambreta. Jadi, yah, buku ini membuat saya bangga dengan prestasi saya, yang bisa menghabiskannya cuma dalam dua jam saja :D
No comments:
New comments are not allowed.