What We Read


Thursday, January 27, 2011

"Asyiknya" Jadi Turis

Judul: The Tourist--Turis
Penulis: Olen Steinhauer
Penerjemah: Siska Yuanita
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Ukuran: 13,5 x 20 cm
Jumlah Halaman: 472
Harga: Rp 65.000
Foto diambil dari www.gramedia.com



Ucapkan kata "turis", dan barangkali bayangan yang berkelebat dalam benakmu adalah waktunya bersenang-senang, mungkin sambil menyesap es teh manis dekat bentangan pantai putih, bersantai menikmati hidup, menghabiskan uang untuk membeli aneka suvenir yang begitu sampai di rumah akan membuatmu bertanya-tanya, "Ngapain sih, beli ginian?"

Turis dalam buku ini bukan seperti itu.

Menjadi "turis" di CIA berarti harus siap menerima perintah yang bisa saja bertentangan sewaktu-waktu, melompat dari satu negara ke negara lain, mengintai orang-orang penting yang dapat membahayakan nyawa, menunaikan berbagai tugas rahasia. Menjadi "turis" berarti tidak punya identitas yang pasti, harus awas sepanjang masa, selalu curiga pada siapa pun yang berselisih jalan denganmu.

Tokoh utama dalam buku ini, Milo Weaver, adalah agen turis yang hebat. Namun semua ada harganya. Ia kecanduan amfetamin, yang membuatnya tetap terjaga. Ia paranoid dan nyaris berpikir untuk mati saja.

Saat ia membantu rekannya, Angela Yates, menangkap atasannya yang diduga melarikan uang jutaan dolar, ia bertemu dengan Tina yang sedang dalam proses melahirkan. Cinta tumbuh di antara mereka, dan akhirnya Milo pensiun menjadi turis dan membentuk keluarga yang bahagia. Anak Tina, Stephanie, menjadi anak Milo juga, karena ayah kandungnya menolak bertanggung jawab. Milo tetap bekerja di CIA, tidak lagi diturunkan ke lapangan. Mereka akan terus hidup seperti itu, normal, keluarga yang saling menyayangi dan peduli.

Begitulah harapannya, namun kenyataan menamparnya. Dugaan bahwa Angela Yates menjadi agen ganda membuatnya kembali mendapatkan "tugas", kali ini untuk menjebak Angela. Namun tiga puluh menit setelah pertemuan Milo dan Angela, Angela meninggal, dan dalam waktu dekat ia berada dalam pelarian karena ia dituduh sebagai pembunuh.

Intrik yang luar biasa rumit mulai tercipta. Milo terjebak antara agen CIA, turis, Homeland Security, FBI, dituduhnya Milo sebagai agen KGB, kaitannya dengan PBB. Atasan yang sangat dipercayainya ternyata mengkhianati, dan ia pun dituduh membunuhnya. Masa lalunya terbongkar, dan keluarga yang ia idam-idamkan selama ini terancam. Apa Milo akhirnya kembali lebur menjadi turis, pindah dari satu tempat ke yang lainnya berkala, agar ia bisa terbebas dari tuduhan itu? Atau apa ia akan menyerahkan diri dengan suka rela agar masih bisa mendapatkan kesempatan untuk bersama keluarganya?

---

Konfliknya rumit, masing-masing pihak "memainkan" pihak yang lain, namun di antara segalanya ada satu yang menjadi dalang. Ciri khas novel mata-mata sepertinya seperti itu. Pembaca tidak akan kecewa kalau mengharapkan beragam aksi dan muslihat juga gerak tipu yang terpapar dalam novel ini.

Aku sangat suka bagian mengenai Buku Hitam. Hanya saja aku sedikit kecewa dengan akhirnya, namun memang seperti itulah yang pas. Kehidupan sebagai "turis" memang luar biasa sulit.

3/5

Update Buku yang Kubaca (Lagi2)

Buku:
11. The Wedding in White--Diana Palmer 2/5
12. The Tourist--Olen Steinhauer 3/5
13. Learning How to Sing--Clay Aiken with Allison Glock 5/5

Komik/Manga:
6. Meitantei Conan 59
7. Genpei War 9

Baca Ulang:
6. Love Beyond Reason--Sandra Brown

Tuesday, January 25, 2011

Magna

    • Molly Jacobs isn't sure what she should do: Should she follow through with stealing some clothes for her friends from Magna the trendy girls clothing store where she works? Or should she do what she knows is right, even if it means losing her newfound popularity? Girls ages 10 to 15 make the choice in this interactive story and see how the consequences change Molly's life. Includes a contract and prayer to remind the reader of the importance of making godly decisions
    ~~~
    Magna is one of the first book that I got from Net Galley. Actually they gave me two different books in one title, Risky Business. I think it will be hard if I have to write the review all at once. So I decided to write each of them. Besides I have not finished the second.

    This is also the first book of Nicole O'dell that I read. The other two books has been published before Magna.

    This book started with Molly and her friends' idea to have a part time job in some place. Getting extra cash and a discount for cool clothes are their aims and Magna was the first place on their list. Because it was well known with its great clothes and accessories. At first everything ran well till Molly got some pressures. She had to take a tough decision. Every option has its own risk and consequences.

    In the beginning ,I liked the main character. Molly was smart and creative young girl. She knew lot of about fashion. But then I started to hate her just because she suddenly turned into clueless girl when the problems hit her. But It did not stop me from reading the next pages. I loved when Molly talked to
    her parents.
    At first I thought they seems so perfect and too good to be true. But still
    I love her parents.
    I enjoy when they shared everything. A good family relation is something that I look up to in fiction book.

    However there is one unnecessary thing included into the plot, it still moved smoothly. I never get stuck. I think I am going to read the Scenario 4.

    Something unique from the book is you can get two different ending

    Cover :
    The girls are cute but I prefer if they are not there. I wonder what will the designer put on the cover if they are not there. But I still fall for its color. The combination is lovely.

    3/5
    ~~~

    Author: Nicole O'Dell
    Reading level: Ages 9-12
    Hardcover: 352 pages
    Publisher: Henry Holt and Co. (BYR);
    First Edition edition: (May 12, 2009)
    Language: English
    Source: Net Galley
    Format: e-book

Monday, January 24, 2011

Wrinkle in Time


Judul : Kerutan dalam Waktu (A Wrinkle in Time)
Pengarang : Madelaine L'Engle
Penerjemah : Maria M. Lubis
Penerbit : Penerbit Atria, Jakarta, Agustus 2010
Tebal : 267 halaman; 13 x 20.5 cm

Margaret Murry, yang biasa disapa Meg, punya sepasang adik kembar, dan seorang adik laki-laki yang masih kecil. Ibu mereka seorang ilmuan, sama seperti ayahnya. Tetapi sang ayah sudah lebih setahun tidak terdengar kabarnya. Orang-orang di kota kecil mereka mulai membicarakan, gosip tersebar, ayah mereka melarikan diri. Tapi Meg dan adik-adiknya tahu, ayah mereka tidak melarikan diri. Sesuatu terjadi, tapi tak seorang pun yang tahu apa, bahkan ibu mereka.

Meg sendiri sering mengalami masalah di sekolah. Dimarahin guru, bertengkar dengan teman. Ditambah dengan menghilangnya ayah mereka, Meg semakin tampak aneh bagi anak-anak lain. Adiknya yang paling kecil, Charles Wallace pun sering dianggap orang idiot, karena dia selalu diam di depan orang lain. Hanya mereka sekeluarga, terutama Meg dan ibunya, yang tahu betapa cerdasnya Charles Wallace. Bahkan kadang-kadang terasa seolah-olah Charles Wallace yang kecil itu bisa membaca pikiran mereka.

Lalu suatu hari, setelah malam yang berbadai, Charles Wallace mengajak Meg untuk mengunjungi rumah yang terkenal berhantu, yang menurut anak kecil itu dihuni oleh tiga orang nenek. Dalam perjalanan, mereka bertemu Calvin O'Keefe, anak laki-laki yang dua kelas di atas Meg, yang selama ini terkenal sebagai atlet basket, anak yang lumayan populer di sekolah mereka. Tapi ternyata, Calvin pun merasakan kalau dia berbeda dari anak-anak lain, hanya saja dia berusaha tampil sama seperti mereka. Bersama Calvin, mereka menemui ketiga nyonya tua itu, Mrs Who, Mrs Whatsit, dan Mrs Which.

Ketiga nenek yang ternyata makhluk dari planet lain, yang mengetahui di mana Mr Murry berada. Dan ternyata, hilangnya Mr Murry berhubungan dengan sesuatu yang mengerikan, kuasa kegelapan yang terus menerus diperangi oleh banyak mahluk di berbagai planet. Bersama para makhluk yang tampil seperti nenek-nenek itu, mereka pun melakukan tesser, proses perpindahan dengan prinsip seperti mengerutkan ruang dan waktu, dan mereka bisa tiba di planet asal ketiga nenek itu dalam waktu sekejap.

Ketiga anak itu pun diantarkan ke planet Camazotz, tempat ayah mereka ditawan, dan mereka harus berjuang melawan ITU, sang penguasa yang menguasai kegelapan. Sayangnya, walau berhasil membebaskan sang ayah, Charles Wallace malah dikuasai oleh ITU. Dan Meg pun harus kembali sendirian ke Camazotz, untuk membawa kembali Charles Wallace, dengan kekuatan yang ada dalam dirinya, sesuatu yang tidak dimiliki oleh ITU, yaitu cinta.

Buku ini sih sebenarnya sudah lama pengen aku baca, kayaknya sejak masih sekolah sih. Kalau gak salah pernah baca tentang buku ini di salah satu novel remaja lain, tapi udah gak ingat di mana hehehe. Waktu itu juga pernah ketemu buku lain karangan Madelaine L'Engle, yang memang menceritakan juga tentang keluarga Murry, tapi karena tahu buku pertamanya itu Wrinkle in Time, jadi gak jadi dibaca, hehehehehhehe.

Yah, kalau mau dipahami tentang teori-teori bidang dan waktunya sih, mungkin capek juga, hihihi, jadinya aku bacanya yah santai aja, menikmati petualangan Meg, Charles Wallace, dan Calvin. Menikmati karakter ketiga anak yang "bukan produk massal" itu :D

Trus, edisi terbitan Atria ini, covernya cantik.... lucu banget, imut :D suka deh hehehe

Update Buku yang Kubaca

Yang sudah kubaca tahun ini:

7. Shiver--Maggie Stiefvater 4/5
8. Courting Catherine--Nora Roberts 3/5
9. A Man for Amanda--Nora Roberts 3/5
10. For the Love of Lilah--Nora Roberts 3/5 (2/5 untuk karakternya, entah kenapa menurutku Lilah ini banyak banget maunya, rada rese)

Komik/Manga:
1. Best Skilled Surgeon 4
2. Lucky Luke--Pelarian Dalton Bersaudara--Morris & Goscinny
3. Lucky Luke--Menyusuri Sungai Mississippi
4. Lucky Luke--Penyerbuan ke Oklahoma
5. Smurf--Sup Para Smurf--Peyo

Baca Ulang:
1. The Witness--Sandra Brown
2. Words of Silk--Sandra Brown
3. MacGregor Brides--Nora Roberts
4. MacGregor Grooms--Nora Roberts
5. The Best Mistake--Nora Roberts

Shiver--Beku, Kisah Cinta yang Menggoda

Judul: Shiver--Beku
Penulis: Maggie Stiefvater
Penerjemah: Caecilia Dian Pratiwi
Editor: E. Dian Anggraeni & Nina Andiana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Ukuran: 13,5 x 20 cm
Jumlah Halaman: 432
Harga: Rp 55.000
Foto diambil dari www.gramedia.com

Kovernya luar biasa cantik. Dan menjanjikan. Mesti saat pertama kali melihatnya pemikiranku adalah, oh tidak, lagi-lagi kisah cinta dengan serigala jadi-jadian? Namun melihat buku ini memenangkan beberapa penghargaan dan sinopsisnya yang puitis, membuatku segera menyambarnya dari toko buku.

Aku bukanlah bagian dari dunianya... tapi ketika Grace menyebut namaku, menungguku mengikutinya, aku tahu akan melakukan apa pun untuk tetap bersamanya.

Dikisahkan Grace adalah remaja yang pernah digigit serigala saat masih kecil. Pengalaman itu bukannya membuatnya trauma atau malah membenci serigala, malah membuatnya "terikat" dengan salah satu serigala bermata kuning keemasan, yang ketika itu menolongnya. Kedua orangtuanya sibuk dalam dunia mereka sendiri. Jadi bisa dikatakan di usianya yang sekitar 17 tahun, Grace harus mandiri mengurus rumah, menyiapkan makanan (bahkan untuk orangtuanya). Nyaris seharian ia sendirian.

Sam digigit sejak kecil, dan di usianya yang 18 tahun ia jatuh cinta pada Grace. Ketika udara dingin, ia berubah menjadi serigala. Ketika cuaca menghangat, ia menjadi manusia. Kaum serigala jadi-jadian tidak tahu mengapa demikian adanya, atau dari mana asal mereka, yang jelas itulah kehidupan yang mereka ketahui. Manusia yang baru digigit akan berubah-ubah menjadi serigala kemudian manusia, dari tahun ke tahun waktu mereka menjadi manusia semakin singkat, dan pada akhirnya akan menjadi serigala sepenuhnya.

Dan ini tahun terakhir Sam.

Ketika Jack, teman satu sekolah Grace digigit, penduduk setempat menganggap sudah saatnya serigala dibasmi. Dan Sam tertembak. Harusnya suhu cukup dingin di musim gugur itu, namun ketika tertembak ia berhasil berubah menjadi manusia, dan Grace menolongnya. Ia mengenali Sam karena matanya sama dengan mata serigala yang sering ia lihat.

Maka dimulailah kisah cinta gadis yang pernah digigit namun tidak pernah berubah jadi serigala, dan Sam dengan masa lalu kelam dan rahasia yang ia anggap sulit untuk ceritakan pada Grace. Kisah cinta yang khas remaja, namun cukup dalam. Tapi seperti kata-kata klise itu, cinta saja tidak cukup, bukan? Mereka harus berurusan dengan kawanan serigala lain, terutama satu serigala yang merasa dirinya adalah pasangan Sam dan tentunya, tidak suka dengan kehadiran Grace. Juga dengan Jack, serigala jadi-jadian egois yang mengira Grace memiliki obat karena Grace pernah digigit namun tidak pernah berubah. Ada juga masalah dengan kawanan yang lain, manusia yang skeptis dan beranggapan semua serigala berbahaya, sahabat Grace yang digigit Jack...

Apa kisah cinta mereka harus berakhir begitu saja, begitu musim dingin tiba, ketika Sam akan menjadi serigala untuk selamanya?

---

Komentarku: Penulisannya indah. Sederhana dan tidak berlebihan, dan terasa pas untuk sudut pandang remaja. Konflik batinnya juga oke, setiap karakter memiliki beban masa lalu sendiri. Ada beberapa detail yang tidak diceritakan (kalau kutuliskan di sini, jadi spoiler, lebih baik baca sendiri, deh!) dan membuatku bertanya-tanya, lho ini gimana, itu bagaimana nasibnya? Mungkin akan dilanjutkan di buku kedua yang berjudul Linger. Atau tetap akan menjadi loose thread? We'll see.

4/5

Wednesday, January 12, 2011

One Amazing Thing

ONE AMAZING THING

oleh Chitra Banerjee Divakaruni


“Setiap orang punya cerita. Aku tidak percaya setiap orang bisa melalui kehidupan tanpa menemukan setidaknya satu hal.”

Saya mendapat kesempatan untuk mengoreksi buku ini, dan sebenarnya saya enggan menuliskan ulasan buku kerjaan saya. Tapi karena buku ini KEREN, saya merasa terdorong untuk memaparkan kesan-kesan saya ketika membacanya.

Terus terang, ini adalah buku Divakaruni kedua yang saya baca, setelah Mistress of Spices, dan FYI, saya tidak terlalu suka buku itu.

Dari awal, saya sudah merasakan kesan familier dari buku ini, dan kemudian saya teringat bahwa garis besar ceritanya serupa dengan Six Suspect dan Q & A (Vikas Swarup), The Namesake (Jumpha Lahiri), bahkan Biro Jodoh Kaum Elit (Farahad Zama). Dan saya hanya bisa mengambil kesimpulan bahwa orang India pandai bercerita, dan kisah-kisah yang disampaikan terasa sangat membumi. (Satu-satunya penulis India yang bukunya kapok saya baca adalah Salman Rushdie, dan perlu diketahui, saya selalu mengira beliau orang Iran, bukannya India.)

Errr… melantur…

Ayo lanjut. Ceritanya begini…

Ada enam orang… (eh, benar gak ya enam orang? Coba saya hitung dulu…)—Mr. Mangalam, Malathi, Cameron, Uma Sinha, Jiang, Lily, Tariq, Mr. Pritchett, Mrs. Pritchett—dan itu berarti ada SEMBILAN orang… terjebak di sebuah kantor visa di gedung konsulat India akibat gempa bumi. Kesembilan orang ini memiliki latar belakang dan rangkaian kisah hidup yang berbeda-beda, namun mereka dihubungkan oleh satu hal yang sama, yaitu India.

Di tengah suasana mencekam—udara yang semakin menipis, atap yang bisa runtuh sewaktu-waktu, genangan air yang semakin tinggi, kebocoran gas, makanan-minuman-dan-cahaya yang semakin habis—mereka harus bahu-membahu untuk bertahan hidup. Demi mengalihkan perhatian dari hal-hal negatif, dimulailah rangkaian kisah yang dipaparkan secara jujur mengenai kehidupan masing-masing.

Yang membuat saya terkesan pada buku ini adalah setiap karakternya yang memiliki jiwa seakan-akan mereka tokoh nyata. Kisah-kisahnya pun sangat ringan, tidak berbelit-belit, tanpa drama berarti namun sangat manusiawi. Pada setiap paparan demi paparan cerita, pembaca diajak menyelami sudut pandang setiap tokoh, dan akhirnya memahami apa yang membuat mereka menjadi diri mereka saat itu. Dan yang membuat buku ini semakin KEREN, Divakaruni berhasil menutup kisahnya dengan indah.

Ah, saya cinta penulis-penulis India ini…

4,5/5

“Betapa bodohnya manusia bepergian keliling dunia untuk mencari sejarah. Di bawah tulang bahuku dan di atas kepalaku terpampang sejarah paling tua dari semuanya; bumi dan langit.” (One Amazing Thing, Chitra Banerjee Divakaruni)

Monday, January 10, 2011

Water For Elephants

Water for Elephants : Air Untuk Gajah

Penulis: Sara Gruen

Penerbit: Gramedia September 2010

Penerjemah: Andang H. Sutopo

Tebal: 512 hal


Water For Elephants adalah satu dari beberapa buku yang menurutku sangat mengesankan ditahun 2010, sejajar dengan ‘The Thirthteen Tale’, ‘The Help’ dan ‘The House of the Spirits’. Sebenarnya buku ini sudah lama masuk dalam wishlist-ku, kebiasaan membaca review sebelum membeli buku membuat wishlist-ku semakin panjang saja, apa daya tidak semua keinginan bisa didapat dengan mudah, dan betapa senangnya saat buku ini diterjemahkan dan dapat dibeli dengan diskon 25% di togamas, catet !! 25% hihi...

Baiklah…cerita diawali dengan kalimat,

“Umurku Sembilan puluh. Atau Sembilan puluh tiga. Salah satunya.”

Jacob Jankowski terkurung dalam kehidupan masa tuanya disebuah rumah jompo. Merenungi nasibnya yang harus menjalani rutinitas sebagai orang tua yang dilayani oleh para perawat sambil menunggu dikunjungi secara bergantian oleh anak cucunya. Pada suatu pagi Jacob berulah, Ia marah karena salah seorang musuhnya dipanti jompo tersebut membual tentang pengalamannya membawakan air untuk gajah, Jacob berang dan teringat akan masa lalunya, lalu dimulailah kisah petualangan Jacob waktu muda.

Jacob kuliah di fakultas kedokteran hewan, ia akan segera menjadi dokter hewan persis seperti ayahnya. Namun saat akan menghadapi ujian akhir sebuah kecelakan membuat Jacob harus meninggalkan kuliahnya, Ia gagal mendapatkan gelar dokter hewan. Kesedihan membawa Jacob terdampar disebuah rombongan sirkus yang pada masa itu melakukan perjalanan dari kota ke kota menggunakan kereta api. Awalnya Jacob menjadi pendatang ilegal dirombongan sirkus tersebut, namun ilmunya sebagai seorang calon dokter hewan menyelamatkan hidupnya dan akhirnya menjadi dokter hewan resmi rombongan sirkus tersebut.

Kerasnya kehidupan sirkus dari kota ke kota, sempit & pengapnya gerbong kereta api tempat Ia menghabiskan hari-hari sepanjang perjalanan, persaingan dan kebencian sesama pekerja membuat Jacob benar-benar melupakan kuliahnya, belum lagi bekerja di bawah tekanan dengan fasilitas seadanya, serta majikan yang temperamental dan uring-uringan. Namun kecintaannya pada binatang membuatnya terus bertahan, ia hanya ingin melupakan tragedi yang menimpa orang tuanya.

Namun dibalik kerasnya kehidupan sirkus, Jacob diperkenalkannya pada cinta terlarang. Ia bertemu dengan si cantik Marlena, yang selalu anggun melenggang dan berakrobat dengan cantik di punggung Rosie, si gajah yang setia. Gajah yang hanya patuh pada instruksi Jacob, gajah yang dianggap bodoh oleh semua orang.

Buku ini ditulis berdasarkan riset yang mendalam oleh Sara Gruen, diawali saat dia membaca sebuah artikel dari Chicago Tribune mengenai seorang fotografer yang mengikuti rombongan sirkus keliling Amerika pada tahun 1920an dan 1930an. Lalu dilanjutkan dengan beberapa buku yang berhubungan dengan sirkus dan foto-foto sirkus zaman dahulu. Dalam buku ini diselingi foto-foto lama dan beberapa kutipan fakta dan anekdot. Water For Elephants ini masuk ke dalam daftar 10 best books of decade versi about.com

Water for Elephant telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama, dan mungkin sebentar lagi akan segera tayang di Indonesia, sayangnya saat ngintip trailernya di youtube, belum apa-apa aku udah lemes duluan gara-gara melihat siapa pemeran utamanya *lho!!, yaahhh…seperti yang sudah-sudah film yang diangkat dari buku sering membuatku kecewa, hihi…nonton juga belum, udah protes duluan. Tapi ya sudahlah…buku dan film memang berbeda…kita tunggu saja film-nya. Tapi jangan lupa, baca dulu bukunya…5 bintang deh..:D


-echy-

yang belum menamatkan satu buku pun di 2011

lagi baca The Infinite Plan by Isabel Allende & Into the Wild by Jon Krakauer

Sunday, January 9, 2011

Love Stories - Prom Trilogy: Jake & Christy

Love Stories Prom Trilogy : Jake & Christy
Author: Elizabeth Craft
Mass Market Paperback: 192 pages
Publisher: Bantam Books for Young Readers (April 11, 2000)
Language: English
Source: Borrowed from my friend

From Goodreads:
Christy's mom thinks Jake is the perfect guy for her. Sure, he's cute and smart, but he's also pretty obnoxious. But it just so happens that Christy and Jake's mothers are best friends. That's why when Jake surprised her by asking her to the prom, Christy found herself saying yes. Her mom has been sick for a long time, and she hates to let her mom down, even if it means spending the most romantic night of her life with Jake. But can she really go through with it? It's only one night, but it's a memory for a lifetime


The story is focused on Jake and Christy. They have known each other since they were kids. Their mothers were best friends. They used to share everything untill one day Jake asked Chrhisty out on a date. The first few minutes were fine. But the "disaster "came and ruined all things. After that night, for Christy, Jake was a public enemy number one. Every time they met, there was only an argue and it happened for four years. So standing on their own way was the only solution. Then new chapter for Jake and Christy began when the prom was up.

A light reading.
What I like from this book is the words choice, since I do not read lots of English books. The description of anything is just right. I can get it in first place.

This book is written with Christy and Jake's point of view. So the book let me know what their thoughts about each others. Christy's chapter is my favorite. I like all part when she talked to herself. It looks like she has name for every things. She is a tough and deep girl who would do anything for her family. Actually she is sweet but suddenly changed when it is dealing with Jake.
Jake himself is a nice guy, the one who is reliable. He is good at reading situation and know which step to take. But he becomes so annoying when Christy is around. Seems the honesty word is disappear from their dictionary.

I read lots of YA books but not for this genre. I picked it up spontaneously from the pile of my borrowed-books. Although the ending is so predictable, I enjoyed reading every chapter. I think when I feel tired of any fantasy literature, I would love to read this kind of book.

Cover
I wish I could see the other edition. Unfortunately none found.

3/5

Friday, January 7, 2011

The Evolution of Calpurnia Tate



The Evolution of Calpurnia Tate
Penulis: Jacqueline Kelly
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penyunting: Nadya Andwiani
Penerbit: Matahati
Tebal:384 hal
Cetakan: I, November 2010


"Namaku Calpurnia Virginia Tate, tetapi semua orang memanggilku Callie Vee. Pada musim panas itu, umurku sebelas tahun dan aku satu-satunya anak perempuan dari tujuh bersaudara. Biasakah kau membayangkan situasi yang lebih buruk?"

Sebagai satu-satunya anak perempuan dari tujuh bersaudara, Calpurnia muda diharapkan segera menikah dan memasuki kehidupan para wanita dengan korset ketatnya, keahilian memasak serta kemampuan membuat kerajinan tangan.

Namun tidak seperti gadis-gadis lain seusianya, Callie paling suka mengamati alam sertas mengumpulkan spesimen bersama kakeknya. Dia bercita-cita menjadi seorang naturalis, dan berharap suatu hari nanti dirinya dapat mengecap pendidikan yang lebih tinggi di universitas.

Lalu apa ang akan dilakukan oleh Callie Vee, seorang gadis cillik yang berjuang menemukan identitas dirinya di Texas pada pergantian abad ke-20?

review

Calpurnia Tate, saya tak pernah menyangka kalau dua kata itu adalah nama seorang anak perempuan. Tak perlu heran, karena ketika Penerbit Matahati memberi tahu bahwa The Evolution of Calpurnia Tate akan mereka terbitkan, saya tidak pernah bersusah-susah untuk mencari tahu sedikit pun tentang buku ini. Ketika membaca sinopsis di sampul belakang, saya hanya bisa tersenyum geli dan bertanya-tanya apa alasan orang tuanya memberi nama seaneh itu. Mengejutkan, ternyata Callie, begitu ia dipanggil, juga berpikir yang sama. Namun setelah tahu jawabannya dan membaca bab demi bab, Calpurnia bukan satu kata yang aneh lagi.

Buku ini bersetting di Texas tahun 1899. Semua bab berisi tentang penuturan Callie yang bermula dari musim panas hingga musim dingin menjelang. Entah mengapa yang terbayang adalah semua scene di Little House On The Prairie. Dari kereta kuda, sekolah, ember bekal sampai baju yang dikenakan para wanita saat itu.

Callie, tidak butuh waktu lama untuk menyukai anak perempuan yang satu ini. Karakter yang unik dan cara berpikir yang tidak biasa membuat sosok Callie menjadi menarik. Tidak jarang dari semua hal yang dia ungkapkan membuat saya tersenyum simpul bahkan tertawa karenanya. Bahkan di beberapa lembar pertama sekalipun.

Semua hal yang diungkap di setiap bab bisa saya nikmati dengan mudah . Cerita tentang interaksi dengan semua saudara laki-lakinya juga sangat menyentuh. Lihat saja ketika Callie sakit ataupun sedang menjalani hukuman. Saya kerap kali berharap akan menemukan banyak percakapan antara Callie dan adik-adiknya di bab-bab berikutnya

Dari 28 bab,sesi pengamatan flora dan fauna mengambil porsi lumayan banyak. Saat-saat inilah yang paling dinikmati Callie. Seakan-akan ia akan menukarkan apa saja asal bisa menghabiskan waktu bersama kakeknya mengumpulkan spesimen, berdiskusi dan menuliskan hasilnya di buku catatan. Jangan heran jika merajut ataupun menjahit bukanlah sesuatu yang menarik buatnya. Awalnya menyenangkan mengikuti semua penelusuran yang mereka dan mengetahui berbagai jenis serangga ataupun tanaman yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya, namun lama kelamaan menjadi agak membosankan. Untungnya tak ada penjelasan panjang lebar mengenai teori Darwin

Hal lain yang menarik perhatian adalah hubungan Callie dengan ibunya. Bagian ini juga membuat saya nyaris terpingkal. Ibunya seperti memiliki kekuatan tersendiri yang membuat Callie sering kali tak berkutik. Semua pikiran Callie terbaca dengan mudah. Ia bahkan tak dapat membantah ketika semua jam-jam kosong yang awalnya ingin ia habiskan bersama kakek akhirnya harus dibatalkan. Karena bagi sang ibu, keahlian memasak dan membuat kerajinan tangan adalah hal paling penting yang harus dikuasai oleh seorang wanita.

Secara keseluruhan buku ini menarik. Sayangnya, tak ada yang lebih menyedihkan begitu sampai di halaman 380 dan mendapati bahwa kisah Callie berakhir.

4/5



Wednesday, January 5, 2011

Catatan Saja Mengenai Buku yang Kubaca Sejauh Ini

Lagi malas menulis panjang, komentar mendetail menyusul, deh. Yang sudah kubaca:

1. This Book is Not Good for You--Pseudonymous Bosch 4/5
2. Warrior Heir--Cinda Williams Chima 4/5
3. The Winner Stands Alone--Sang Pemenang Berdiri Sendirian--Paul Coelho 3/5
4. Kisah-Kisah Tengah Malam--Edgar Allan Poe 3/5
5. Victoria and the Rogue--Victoria dan Sang Earl--Meg Cabot 2/5
6. Lost in Japan--Cayi & Gelbo 2/5

Dipikir-pikir, kayaknya aku nggak akan menuliskan semua komentarku mengenai buku-buku yang kubaca, deh. Katakanlah, hanya beberapa buku pilihan saja. *tsah* Skor juga kuberikan berdasarkan selera dan minat.

Karena pukul segini HRH Chika masih belum tidur, disambung besok-besok, yak!

Dead Man's Folly (Kubur Berkubah)

Judul: Kubur Berkubah

Judul Asli: Dead Man’s Folly

Penerbit: GPU

Tahun terbit: 1984

Harga: Rp4.000,00 (seperti yang tertempel di label harganya)

Status buku: Pinjam

Andai saya jadi orang-orang Inggris, saya akan menyingkirkan Hercule Poirot selamanya, soalnya setiap dia datang, pembunuhan terjadi. Nggak cuma satu, tapi TIGA sekaligus! Hihihi… itu yang ada di pikiran saya selama ini. Tapi berhubung saya penikmat aksi Poirot, jadi tentu saja saya justru “berharap” (eh?!) pembunuhannya spektakuler. Semakin membingungkan kasusnya, semakin keren penyelesaiannya.

Coba bayangkan, Permainan Pelacakan Pembunuhan + Hercule Poirot! Plotnya menjanjikan, bukan? Dan tentu saja, Permainan Pelacakan Pembunuhan yang tadinya hanya main-main, berakhir menjadi tragedi. Saya nggak akan cerita bagaimana garis besar ceritanya, karena saya yakin udah banyak yang pernah baca buku ini. Betul?! Saya aja yang telat bacanya.

Saya mau mengeluh, betapa saya kurang menikmati aksi Poirot dalam buku Kubur Berkubah ini. Selain gaya terjemahannya yang jadul (ya iyalah, taun 1984 gituuu hampir 30 taun yang lalu), ya itu tadi, saya kurang menikmati karena aksinya memang kurang alias sedikit alias jarang. Nggak ada paparan panjang lebar dari kejadian satu ke kejadian lain. Mungkin karena Hercule Poirot sudah tua, atau mungkin karena Agatha Christie-nya tidak setajam sebelumnya? Entahlah. Pembunuhnya muncul begitu saja, dan tak seorang pun bisa menebaknya. Seakan-akan Agatha Christie memilih satu karakter secara acak pada menit-menit terakhir dan menciptakan bukti-bukti baru yang tampaknya masuk akal. Endingnya menyedihkan.

(3/5)

Next to read: Catching Fire (The Hunger Games, #2) – Suzanne Collins

The Cider House Rules


Judul : The Cider House Rules
Pengarang : John Irving, 1985
Penerbit : Black Swan, 1998 paperback edition reprinted
Tebal : 731 halaman; 12.5 x 19.8 cm


Ceritanya berkisar di kehidupan seorang anak yatim piatu bernama Homer Wells, dari mulai lahir di panti asuhan St Cloud's sampai besar dan dewasa di sebuah perkebunan apel bernama Ocean View.

Panti asuhan St Clouds dikepalai dokter Wilbur Larch, yang dibantu dua orang suster, Suster Edna dan Suster Angela. Seperti sebagian besar anak lainnya di panti asuhan itu, Homer Wells lahir di sana, dan ibunya langsung pergi meninggalkan tempat itu. Homer sendiri diberi nama oleh Suster Angela. Dan entah mengapa, setelah berkali-kali ditempatkan untuk adopsi, Homer selalu kembali ke panti asuhan dengan berbagai alasan. Sehingga akhirnya Dokter Larch dan kedua suster itu memutuskan, bahwa Homer Wells sudah ditakdirkan untuk menetap di panti tersebut, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terjadi.

Seiring waktu, dokter Larch dan kedua suster tersebut semakin menyayangi Homer. Dokter Larch bahkan mulai mendidik Homer dengan ilmu kedokteran, terutama yang berhubungan dengan kebidanan. Hingga sampai suatu waktu, kedatangan sepasang muda-mudi yang berpenampilan menarik ke panti tersebut mengubah rutinitas yang selama ini dijalani Homer.

Homer pun dibawa ke perkebunan Ocean View bersama pasangan Wally Worthington dan Candy Kendall. Bertahun-tahun di perkebunan, Homer pun mempelajari banyak hal baru, termasuk mengelola rumah pengolahan cider,minuman beralkohol dari sari buah apel.

Tapi dokter Larch dan kedua suster masih berharap, Homer akan kembali ke St Clouds, untuk meneruskan pekerjaan Dokter Larch. Pekerjaan dari Tuhan, demikian disebut oleh Dokter Larch. Yah, inilah yang membuat Homer ragu untuk mengikuti jejak dokter tua yang sudah seperti ayahnya itu. Selain menolong para perempuan untuk melahirkan, dan meninggalkan bayi mereka di panti itu, sang dokter mendukung aborsi, menjalankan praktek aborsi di panti asuhan itu bagi para perempuan yang tidak menginginkan bayinya, jika aborsi dianggapnya masih dapat dilakukan. Dan Homer menentangnya....

Tapi akhirnya waktu dan situasi membuat Homer akhirnya memilih untuk kembali ke St Clouds, dan meneruskan Pekerjaan dari Tuhan.

**Hm, spoiler yah akhirnya? hehehe :D**

Mau komen apa yaaaa? Ceritanya emang panjaaaaaang banget, soalnya semuanya diceritain. Dari mulai gimana Dokter Larch akhirnya memutuskan untuk selibat dan mendukung aborsi, dan juga kisah Homer yang mulai bayi sampai hampir remaja, berkali-kali diadopsi tapi selalu kembali. Lalu ada juga kisah cinta segitiga yang menghasilkan anak di luar nikah tapi tetap diinginkan. Ada juga masalah incest, seks remaja, kecanduan ether, duh, rame banget hehehehe

Sebenarnya, buku ini udah dibeli lumayan lama, tapi sempat terselip di balik tumpukan buku-buku lain *blush* dan baru ditemukan di bulan Desember 2010, waktu beres-beres lemari sih hehehehe. Belinya kalau gak salah sekitar 3-4 tahun yang lalu, di toko buku bekas yang pasti, tapi lupa di mana hehehe. Waktu itu beli juga cuma iseng, karena kayaknya pernah dengar deh, kalau gak salah pernah ada filmnya (tapi gak nonton juga huahahhaa). Yah akhirnya karena ditemukan kembali, mulai dibaca, eh ternyata baguuuussss..... Biarpun panjang, tapi gak bikin bosen, dan walau banyak detail, tapi saling terkait dan mengalir sampai akhir gitu.

Jadi, aku suka buku ini... di bagian akhir, aku nangis, karena ngerasa berat berpisah dengan para tokohnya :( Sepertinya termasuk buku yang suatu saat nanti akan kubaca ulang, karena aku memang menikmati cerita yang ditulis John Irving ini.

*lagi males juga untuk cari tahu tentang si penulis, cuma tahu pernah ada terjemahan bukunya dalam bahasa Indonesia, diterbitkan GPU, yang judulnya The Fourth Hand, tapi aku juga belum baca hihihihi*

**Crosspost dari blog bukuku **

Kecanduan Chicklit: mina's First Post

Sebelum menulis tentang topik sebenarnya, mumpung inget, izinkan diriku ngobrolin hal lain dulu ya hohoho....

Ini adalah post pertamaku di blog bareng ini. Dan diriku cuma mau bilang: senang sekali diundang barengan ngeblog tentang buku. Tahun lalu terlalu banyak ngomong (atau ngetik ya?) di mana-mana, di Blog orang, di Plurk, di Twitter, sampai-sampai membaca buku pun tidak banyak. Apalagi mereview. Mudahan blog bersama ini bisa mengubahnya ya :D Kan jadi termotivasi untuk menulis kalau yang lain juga nulis -mari berharap ini akan bertahan setidak-tidaknya sampai pertengahan tahun-
Belum ditambah dengan kesulitanku untuk masuk ke dalam blog ini huaaaaaa.... Dari dulu diriku tahu Blogger ini kayaknya ada semacam kebencian gitu padaku :p Sampai harus ganti account user.

Baiklah, cukup side story-nya.

Yang kenal diriku tentu tahu bahwa isi rak bukuku, dulunya, penuh dengan genre adventure, fantasy, thriller, horror, komedi. Sedangkan romance? Satu-satunya romance yang kusuka hanyalah karya Marga T. Yah sebenarnya sih ini karena mom merekomendasikan ini sejak diriku kecil, dan karena diriku percaya betul pada apa pun kata my mom (anak mami), maka semua penulis romance Indonesia lain tidak kusukai. Jangan-jangan mom ada hasrat tersembunyi anaknya jadi dokter yah, makanya disuruh baca Marga T melulu. Pendeknya, diriku tumbuh besar dengan semboyan: "Buku roman itu jelek, kecuali karya Marga T."

Kemudian era buku roman terjemahan terbitan Gramedia dengan nama genre Chicklit muncul, dengan cover yang susah ditolak (diriku pembeli buku based on its cover). Warna-warna es krim, gambar-gambar yang comical, font judul yang tidak kaku, kan menarik sekali tuh. Walau logo bersemboyan "being single and happy"-nya menggangguku, karena isi bukunya sangat jauh dari semboyannya sendiri, lebih tepatnya sebenarnya mereka menekankan sekali bahwa "being single is the-end-of-the-world". Tapi ceritanya begitu gampang diikuti, tidak perlu mikir, tidak perlu ketakutan, bisa diletakkan kembali tanpa menyelesaikannya (tanpa rasa penasaran hebat). Semuanya happy ending. Bahasanya juga gaul (ini sih kehebatan penerjemahnya ya). Membacanya jadi tanpa beban.

Diriku ingat betul my first chicklit dan kebetulan menurutku the best chicklit ever: "The Boy Next Door"-nya Meg Cabot (Belakangan Meg Cabot memang jadi salah satu penulis favoritku di genre chicklit dan teenlit). Pinjaman pula dari temen kos. Waktu itu tahun 2003 kayaknya. Selain covernya (versi pertamanya waktu itu) yang menarik, ceritanya yang menyenangkan dan lucu, tokoh-tokoh yang nampak cerdas, cara menulisnya pula sesuai sekali dengan jiwaku (*halah*): dalam format saling jawab email. Sejak itu diriku terperangkap. Walau tidak banyak lagi chicklit terjemahan yang ratingnya bagus, tapi kecanduan membacanya tetep ada. Bahkan sekarang diriku merambah juga ke serial chicklit lokal seperti Glam Girls. Addictive, with a ting of guilt inside :D Kalau chicklit non terjemahan, satu-satunya yang menurutku bagus adalah karya Katie Fforde. Tokoh-tokohnya saling melempar kalimat sarkastis dan witty. Ceritanya juga tidak mendayu-dayu. Worth to try. Sayang susah dicari, diriku cuma pernah baca 2: Thyme Out (love it love it love it!) dan Highland Fling. Ada yang mau menghadiahiku buku-bukunya Fforde? Silakan, listnya dicek di websitenya hohoho.

Balik ke chicklit terjemahan. Yah seperti serial Shopaholic-nya Sophie Kinsella itu, sudah tau gak suka ceritanya, eh kok tetap dibeli dan diikuti juga. In fact, buku pertamaku (dan my first review nantinya) adalah Mini Shopaholic, seri keenam dari seri yang sepertinya akan terus dia panjang-panjangin tanpa perkembangan yang jelas.

Ya, sekian dulu perkenalannya :)

Foto diambil dari situs news BBC.

Tuesday, January 4, 2011

Pseudonymous Bosch--The First Three Books

I read the first two books written by Bosch in December 31, 2010, and finished reading the third in January 1st, 2011. (Yeah, I have to admit that I took the time reading the third so it'd be the first book I read in 2011, shallow lil' me!) I suppose it'd be fair if I submit my comments concerning those books in one post.

I found out from this site that Bosch intended his books to represent the five senses. So, yeah, it'll be 5 books altogether. The newest one was released in September 2010 and the fifth should be published this year.

The titles: The Name of This Book is Secret; If You're Reading This, It's Too Late; This Book is Not Good for You.
Writer: Pseudonymous Bosch (not his real name, if he's a he, well, you'll know what I mean soon enough)
Publisher: Little, Brown and Company
Price: IDR 72,000 each (I bought them in Periplus)


Book One--The Name of This Book is Secret
(The first sense: smell)

The cover really grabbed my interest! Metallic green, with cute, simple icons. It's Lemony Snicket-ish, reminding me a bit of A Series of Unfortunate Events. Meaning, now and then, the "author" will insert his remarks (mostly paranoid-like) or opinions. He (if he's a he) admits that he is afraid to reveal the details of his story, meaning the name of the town, even the real name of his characters.

The main protagonist is called Cass for Cassandra. Those who are familiar with Greek mythology probably understands. Cass likes to predict disasters and she sees catastrophes wherever she goes. When she finds a dead rat at school, for instance, naturally she'll conclude that it died of toxic waste, and that the school is full of dangerous chemical stuff.

Cass likes to believe that she is a survivalist and she always carries "important stuff" in her backpack.

Cass lives with her mom that she sometimes calls "Mel" (Melanie) and she has two adopted grandparents who live in an abandoned fire station that they turned into an antique shop (even though one might call it junkyard, for the grandpas never actually sell or remove anything from the supposed shop).

One day, a real estate agent turns up at Cass' grandparents' place, bringing some stuff from an eccentric man's house. Gloria, the agent, says that the man is missing--supposed to be dead--so his house is on the market now. And some say that the man is a wizard. The most interesting find is called The Symphony of Smells, a box that contains small jars with different smells inside.

Cass struggles to decipher the meaning of The Symphony of Smells, with her new-found friend called Max-Ernest. Together they embark in a journey that involves eccentric spa treatments in Midnight Sun, a strange cult whose members always wear gloves, fishy rejuvenation program, anagrams and riddles, unique circus act of twins who have synesthesia and two eerie villains--Dr. L and Ms. Mauvais.

And what is the secret? Find out yourself, by reading this book!


Book Two--If You're Reading This, It's Too Late
(Second sense: hearing)

Cass and Max-Ernest are the new members of a society called Terces (Can you tell what kind of society it really is? *wink*). They have received their fabulous gifts--a superb decoder for Max-Ernest, and high-tech survivalist equipments for Cass. But Terces never seems to make any move to approach them.

Soon Cass and Max-Ernest meet their adversaries--Dr. L and Ms. Mauvais. Cass and Max-Ernest manage to take a beautiful ball from their enemies' hands. Turns out that the ball is the key to lure Homunculus, meaning self-made man. It is said that in the past, a cruel man managed to "create" life from naught. That cruel man had "the secret". But the homunculus turned against him and buried him and his stuff--also the secret.

Midnight Sun wants Cass and Ernest to find this homunculus to find out what the secret is all about. Will MS prevail this time?


Book Three--This Book is Not Good for You
(Third sense: taste)

Imagine the horror Cass feels when Midnight Sun kidnaps her mom. In exchange of her mother, Cass is asked to hand out the Tuning Fork, a magical artifact from the Aztecs that has the ability to turn anything into any kind of food/drink. The magical thing is, if you or your ancestor have ever tried something, the fork will be able to turn, let's say, a glass of plain water, into a glass of savory wine. Handy, eh?

Cass has to lie to her loved ones to get the fork. Yet in the end, MS still refuses to free her mother. So with some clues, accompanied by her pals, Max-Ernest and Yo-Yoji, the trio bravely sneak into the enemies' lair only to be fed with one of the most dangerous food ever made--a bar of chocolate so dark that it can bring out the past in you.

Why is the Tuning Fork so dangerous? And desirable? To find out the connection between the secret and the fork, read this delightful book!

Cuap-cuap sedikit kok :D

Mengingat kecepatan membaca saya menurun drastis dan jumlah buku yang saya baca pada tahun 2010 jauh lebih sedikit daripada tahun-tahun sebelumnya (sehingga saya merasa tidak berhak menyandang status sebagai “pencinta buku” atau “pembaca buku”), saya merasa harus mengejar ketertinggalan pada tahun 2011. Minimal membaca 1 buku satu minggu, atau sekurangnya 50 buku setahun, lalu menuliskan komentar saya tentang buku yang saya baca.

Awalnya, membaca 50 buku setahun dan menuliskan review-nya, bagi saya merupakan proyek ambisius yang nyaris mustahil dilakukan. Setelah mengeluh, curhat dan menangis-nangis (ya, saya memang lebay), ternyata saya tidak sendirian, dan ketidaksendirian itu membuat saya percaya diri bisa melakukannya. Lima Enam orang yang berbeda-beda—yang mempunyai kecintaan terhadap buku yang luar biasa besar—berkumpul dan jadilah blog ini.

Dalam proyek ambisius tersebut, saya memutuskan untuk “menyeleksi” bacaan saya secara ketat, karena waktu yang saya miliki cuma sedikit sedangkan buku yang ingin saya baca banyak banget (ya… ya… itu merupakan terjemahan bebas dari SO LITTLE TIME, SO MUCH BOOKS TO READ), jadi saya tidak mau buang2 waktu dengan membaca buku yang tema, genre, gaya bahasanya tidak sesuai dengan selera suasana hati saya.

Oleh karena itu, saya memutuskan untuk memulainya dengan buku Kubur Berkubah karya Agatha Christie (GPU, 1984). Dan pada saat cuap-cuap ini dibuat, buku tersebut belum juga saya selesaikan. *grin*

-nat-

PS: Saat post ini dibuat, saya dapat buntelan gratis Captivate, Carrie Jones dari Penerbit Atria (2010). Yaayyyy...